Rabu, 06 Oktober 2010

Makalah


HUBUNGAN PARAMETER FISIKA KUALITAS AIR
TERHADAP PERTUMBUHAN
IKAN KERAPU BEBEK  (Cromileptes altivelis)






DISUSUN OLEH :
NAMA     : HERMANTO LAMUSU
                                                       NPM         : 08061032




PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK
2009

 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, sehingga penyusunan makalah  ini dapat diselesaikan dengan baik.  Makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Manajemen Kualitas Air.
              Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sri Sukari, M.Si atas arahan yang diberikan guna menyelesaikan mata kuliah ini dengan sebaik-baiknya, dan rekan – rekan mahasiswa perikanan UNISMUH Luwuk yang memberikan  berbagai masukan dan informasi yang sangat membantu dalam penyempurnaan penulisan makalah ini. 
            Akhirnya, semoga informasi yang terkandung dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama mereka yang membutuhkannya.

                                                                               Luwuk,   Desember 2009
                                                                                    Penulis

 
                                                                                          Hermanto Lamusu


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ……………………………………………………..……  i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….  ii
BAB  I     PENDAHULUAN ……………………………………………………  1
BAB II    PERMASALAHAN ………………………………………………….  3
BAB III   PEMBAHASAN ……..………………………………………………  4
                 3.1 Klasifikasi Ikan Kerapu Bebek    …………………………………   4
                 3.2 Parameter fisika  ………………………………………………….   4
                 3.3 Penaganan permasalahan dalam budidaya KJA  …………………  
BAB IV   PENUTUP ……………………………………………………………. 7
A.    Kesimpulan ………………………………………………………   7
B.     Saran  …………………………………………………………….   7
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
Perairan Indonesia terletak di antara dua Samudera, Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dengan panjang garis pantai lebih dari 80.000 km yang banyak terdiri dari perairan karang sehingga dapat dijumpai berbagai jenis ikan karang, termasuk ikan Kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Ikan tersebut bersifat karnifora, rakus dan dapat memangsa berbagai jenis ikan, cephalopoda, crustacea, dan lain-lain (Munro, 1967). Ikan kerapu bernilai ekonomis tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga penangkapan dan budidayanya bisa berkembang. Namun saat ini untuk memenuhi permintaan pasar masih didominasi hasil tangkapan di alam (Anonim, 2001b). Sedangkan hasil budidaya masih terbatas dan hanya berasal pada daerah-daerah tertentu saja terutama yang dekat dengan pusat pemasaran, seperti Bali, Tanjung Pinang, Batam, Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara dan lain-lain.
Ikan Kerapu bebek atau biasa disebut kerapu tikus (Cromileptes altivelis) mempunyai bentuk agak pipih yang bila diperhatikan warna dasarnya abu – abu dengan bintik hitam pada badanya. Ikan yang muda merupakan ikan hias laut yang mempunyai bintik agak besar serta lebih sedikit dibandingkan ikan yang lebih tua.
Bagi biota perairan, air berfungsi sebagai media baik sebagai media internal maupun eksternal. Sebagai media internal, air berfungsi sebagai bahan baku reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan makanan ke seluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh, dan sebagai pengatur atau penyangga suhu tubuh. Sementara sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitatnya.
Air sebagai tempat hidup biota Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang dibudidayakan, harus memenuhi persyaratan kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu). Pengelolaan kualitas air memegang peranan penting dalam keberhasilan budidaya biota perairan. Sasarannya adalah terjaminnya mutu air yang memenuhi syarat bagi kehidupan dan pertumbuhan biota budidaya selama periode pemeliharaan.

BAB II
PERMASALAHAN
            Biota budidaya untuk tumbuh optimal membutuhkan lingkugan hidup yang optimal pula. Kualitas air dan pengaruhnya terhadap biota budidaya sangat penting diketahui oleh pembudidaya. Salah satu parameter untuk budidaya biota air adalah parametrer fisika.
Pemahaman tentang hubugan parameter fisika kualitas air terhadap pertumbuhan ikan kerapu bebek perlu untuk di lakukan, dimana salah satu keberhasilan dalam suatu budidaya adalah menciptakan kualitas air yang baik dan memenuhi syarat agar biota budidaya dapat hidup sehat dan tumbuh optimal.
Adapun permasalahan tentang parameter fisika yaitu :
1.      Pengaruh kecepatan Arus
2.      Pengaruh kedalaman perairan
3.      Kecerahan perairan
4.      Suhu
5.      Salinitas
     Permasalahan dalam budidaya KJA yaitu :
1.      Sistrem budidaya ikan kerapu bebek
2.      Cara pemberian pakan
3.      Langkah – langkah penaganan kekeruhan pada KJA
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Klasifikasi Ikan Kerapu Bebek
Famili : Serranidae
Spesies : Chromileptes altivelis
Nama dagang: humpback grouper, mero, jorobado, mero bassu, baramundi cod, sarasa hata, polka dot grouper, lo su pan
Nama lokal : kerapu tikus
3.2 Parameter Fisika
            Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka kita perlu mengetahui atau memahami lebih dalam tentang pengaruh parameter fisika terhadap pertumbuhan biota budidaya khususnya tentang ikan kerapu bebek.
1.      Pengaruh Kecepatan Arus
Arus adalah gerakan air yang terjadi diseluruh permukaan Laut. Dalam suatu budidaya harus memperhatikan kecepatan arus yaitu dimana kecepatan arus perairan untuk system budidaya keramba jaring apung (KJA) adalah 20 - 50 cm/detik. Kecepatan arus yang kuat dapat merusak posisi kontruksi keramba jaring apung sehingga akan mengaibatkan organisme peliharaan menjadi stress dan menyebabkan napsu makan ikan berkurang.
2.      Pengaruh kedalaman perairan
Kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 meter – 3 meter. Habitat favoritnya adalah perairan dengan dasar pasir berkarang yang ditumbuhi padang lamun (seagrass) Selanjutnya menginjak dewasa akan bergerak ke perairan yang lebih dalam antara 7 meter - 40 meter. Perpindahan ini biasanya berlangsung siang dan sore hari.
Kedalam suatu perairan  berpengaruh dalam suatu budidaya  dalam hal ini budidaya dengan sistem keramba jaring apung. Kedalam yang ideal untuk budidaya keramba jaring apung adalah 7 meter – 15 meter.
3.      Kecerahan perairan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan persen (%), dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kekeruhan dipengaruhi oleh : a). benda – benda halus yang disuspensikan, seperti lumpur dsb, b). adanya jasad – jasad renik (plangkton), dan c). warna air. Kecerahan perairan khususnya untuk biota ikan kerapu bebek minimal 3 meter  – 5 meter.
4.      Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan perumbuhan biota air. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis). Kisaran suhu optimal untuk biota air khususnya ikan kerapu bebek yaitu antara 27 – 32 0C. Pengukuran suhu umumnya dilakukan dengan thermometer. Cara lain adalah dengan mengunakan DO meter, SCT-meter atau aquameter test.
5.      Salinitas
Salinitas adalah kosentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut. Kisaran salinitas  optimal untuk biota air khususnya ikan kerapu bebek adalah 33 – 35 ppt. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan salinitas yaitu konduktivitas, hydrometri, argentometri dan refraktometri. Alat yang umum digunakan yaitu refraktometer karena mudah dibawah dilapangan.
1.3  Permasalahan dalam KJA
Adapun permasalahan yang biasa terjadi dalam suatu budidaya yaitu
1.      Sistrem budidaya ikan kerapu bebek
Sistem budidaya yang dilakukan yaitu budidaya di KJA. Kerapu bebek hidup di wilayah perairan karang yang masih baik maupun yang telah rusak atau agak berlumpur. Ikan ini dapat dipelihara di KJA, di bak, maupun di tambak. Lokasi perairan laut untuk penempatan KJA harus terlindung dari gelombang besar dan tiupan angin kencang, berair jernih, bersih, serta bebas polusi sepanjang tahun. Kedalaman airnya minimal 10 m pada saat air surut.
KJA terdiri atas rangka yang terbuat dari kayu. Kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5 m x 5 m dengan ukuran jaring 2 m x 2 m sehingga pada satu unit rakit akan dapat dipasang 4 unit jaring. Mata jaring disesuaikan dengan besar ukuran ikan yang ditebar. Semakin besar ukuran benih, semakin besar mata jaring yang digunakan. Selain itu, harus disediakan jaring pengganti dengan ukuran mata jaring yang berbeda.
 Pelampung dan jaring yang berbentuk kelambu terbalik diikatkan pada kerangka kayu. Pelampung tersebut dapat berupa plastic foam maupun drum bekas (drum plastik atau drum besi).
2.      Cara pemberian pakan
Kerapu bebek merupakan ikan karnivora dan tanggap terhadap pakan buatan asalkan dilatih terlebih dahulu. Untuk pembesaran jenis ikan kerapu bebek, diperlukan pelet terapung dengan kadar protein 47,5%. Jika berasal dari alam, benih yang ditebar dapat diberi pakan berupa ikan rucah. Sementara itu, pakan buatan (pelet) diberikan jika benihnya berasal dari hatchery. Dewasa ini pakan buatan untuk kerapu telah terdapat di pasar sehingga tidak lagi tergantung pada ketersediaan ikan rucah. Pemberian pakan berkisar 2-10% bobot badan ikan saat ditebar masih berukuran <10>10g.
3.      Langkah – langkah penaganan kekeruhan pada KJA
Adapun langkah – langkah untuk menagani kekeruhan yang terjadi pada Keramba jarring apung (KJA) yaitu sebagai berikut :
1.      Memindahkan KJA ketempat yang tidak keruh
2.      Membersihkan KJA dari sisa-sisa pakan yang diberikan kepada biota budidaya
BAB IV
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dalam mengembangkan suatu biota perairan khususnya ikan kerpu bebek harus memperhatikan parameter kualitas air, kisaran optimal kualitas air biota peliharaan guna untuk keberhasilan bididaya.
2.      Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa perikanan dan semoga makalah ini dapat menjadi acuan kita dalam mengkaji pengetahuan tentang parameter kualitas air untuk biota laut khususnya ikan kerapu bebek.
 
DAFTAR PUSTAKA
Kordi, M.G.H.K dan Andi Baso T., 2005. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka cipta, Jakarta
Romimohtarto, K. dan S. juwana., Biologi laut : ilmu pengetahuan tentang biota laut. cet 4. Djambatan, Jakarta
http://hobiikan.blogspot.com/2009/04/kerapu-bebek-protogony-hermaphrodite.html








 

Tidak ada komentar: