Sabtu, 16 Oktober 2010

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH COPEPODA

Copepoda adalah golongan udang renik yang sering menyerang tubuh ikan bagian luar dan insang. Parasit ini dapat hidup di air tawar maupun air asin dan sangat sulit dikontrol. Anggota copepoda yang bukan parasit sering berperan sebagi inang perantara dari parasit cacing. Banyak parasit Copepoda yang menembus daging ikan tanpa dapat dicegah oleh perlakuan kimia. Parasit ini mempunyai siklus hidup yang rumit

1. Argulus sp.

Argulus sp. adalah sejenis udang renik yang termasuk ke dalam famili Argulidae dan merupakan ektoparasit. Organisme ini mem­punyai bentuk tubuh bulat pipih seperti kutu, sehingga sering disebut kutu ikan (fish louse). Tubuhnya dilengkapi dengan alat yang dapat digunakan untuk mengaitkan tubuhnya pada insang dan mengisap sari makanan.
Serangan parasit ini umumnya tidak menimbulkan kematian pada ikan sebab ia hanya mengisap darahnya saja sehingga ikan menjadi kurus. Luka bekas alat pengisap ini merupakan bagian yang mudah diserang oleh bakteri atau jamur. Infeksi sekunder inilah yang bisa menyebabkan kematian ikan secara masal.


Ciri-ciri ikan yang terserang argulus adalah tubuhnya terlihat menjadi kurus bahkan sangat lemah karena kekurangan darah. Bekas serangannya dapat terlihat berwarna kemerah-merahan, karena terjadi pendarahan. Jika terjadi serangan secara besar-besaran, makaArgulus sp. akan terlihat membentuk koloni di sekitar sirip dan insang.

Cara yang paling efektif untuk mencegah serangan parasit ini adalah dengan melakukan pengeringan dan pengapuran kolam serta penyaringan air. Sedangkan pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan larutan garam (NaCI) atau larutan garam ammoniak (NH 4 CI). Demikian pula dengan perendaman ikan dalam larutan bromex 0,1— 0,2 ppm. Perendaman dalam larutan lindane 0,01— 0,02 ppm sudah dapat membunuh Argulus sp. yang berenang bebas dalam waktu 5 jam, sedangkan dosis 0,013 ppm terbukti dapat membunuh secara total setelah 48 jam. Perendaman dalam larutan neguvon 1 gram per liter air selama 10-30 menit cukup ampuh untuk memberantas parasit ini.









                                           






dilihat dari bawah
















dilihat dari atas


Sumber : Ir. Eddy Afrianto dan Ir. Evi Liviawaty, 1993

Tahap Pembelahan sel.

Gene merupakan unit yang elementer dari sifat-sifat yang diturunkan terdapat dalam sepanjang kromosom. Dalam ikan dan vertebrate lain, tiap kromosom diketahui mengandung ratusan bahkan ribuan gene. Gene sebagai unit terkecil, pembawa sifat keturunan adanya pada kromonemata yaitu pada bagian inti kromosom.


Pada saat terjadinya pembelahan sel, kromosom ini turut terbagi tetapi pembagian ini tergantung kepada macam pembelahannya.
Pembelahan sel ada dua macam, yaitu pembelahan mitosis dan meiosis. Pembelahan mitosis terdapat pada sel somatik, dimana dalam pembelahan itu jumlah kromosom tidak terdapat perubahan yaitu tetap 2n atau diploid. Sedangkan pada pembelahan meiosis yaitu dalam pembentukan gamet jumlah kromosom tereduksi menjadi setengahnya atau n (haploid) (Gambar 18).

Berdasarkan kepada proses yang terjadi selama pembelahan, dapat digolongkan menjadi tahap, sebagai berikut:

Prophase : Dalam inti terdapat suatu pembentukan struktur yang komplek yang bentuknya semacam benang. Pada awal tahap ini tampak dua kronemata tetapi pada akhir­nya kronemata tersebut hilang atau tidak tampak.

Metaphase : kromosom berjajar pada garis khatulistiwa cell.

Anaphase : kromosom membelah memanjang menjadi dua bagian. Masing-masing mengandung satu kromonemata. Kemudian masing-masing bagian kromosom yang telah membelah bergerak menuju salah satu kutub sel dan akhirnya dalam satu sel itu membentuk dua set kromosom seperti pada tahap porphase.

Telophase : Tiap kromosom kembali kepada kondisi metabolik. Terbentuk kembali dinding inti yang mengelilingi inti baru. Akhirnya terbentuk dua sel anak yang identik dengan sel induk.


sumber : M. Ichsan Effendie, 1997



PENGENDALIAN PENYAKIT NON PARASITER

A. LINGKUNGAN
Deplesi (kekurangan) oksigen merupakan salah satu faktor ling­kungan yang sering menjadi penyebab kehilangan ikan, terutama di kolam yang banyak mengandung bahan organik. Pengaruh kekurangan oksigen terhadap kehilangan ikan di kolam dapat terjadi secara lang­sung maupun tidak langsung.

Pada saat kandungan oksigen dalam air sangat rendah, sebagian besar ikan yang ada akan mati, kecuali be­berapa spesies yang mampu mengambil oksigen langsung dari udara. Secara tidak langsung, kekurangan oksigen dapat menyebabkan ikan menjadi stres sehingga mudah diserang oleh organisme penyebab pe­nyakit. Untuk mengatasi kehilangan tersebut perlu dipelajari mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi deplesi oksigen.

Faktor utama yang mempengaruhi konsentrasi oksigen di kolam adalah fotosintesa, respirasi dan difusi oksigen dari udara ke dalam air. Pada kolam subur (kaya akan fitoplankton dan tumbuhan air) selama Siang hari akan terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan banyak oksigen, sehingga konsentrasi oksigen di kolam melebihi kebutuhan untuk respirasi.

Pada malam hari proses fotosintesis terhenti tetapi proses respirasi tetap berlangsung, sehingga terjadi kekurangan oksigen karena kandungan oksigen di dalam kolam menjadi sangat rendah.
Proses respirasi erat kaitannya dengan konsentrasi oksigen di dalam air. Meningkatnya kecepatan respirasi akan mempercepat pe­nurunan konsentrasi oksigen, kecuali pada kolam yang dilengkapi sumber udara (air pump). Laju respirasi di kolam dipengaruhi oleh:

· Organisms yang ada

Tumbuhan air selain menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis juga akan menggunakan oksigen untuk proses respirasi, baik siang maupun malam. Perkembangan yang hebat dari tumbuhan air ini ternyata akan meningkatkan kandungan oksigen di lapisan permu­kaan sedangkan di lapisan air yang lebih dalam sering mengalami ke­kurangan oksigen karena terjadi efek peneduhan.

Selain plankton dan tumbuh-tumbuhan air, organisme heterotrof (bakteri, protozoa, zooplankton, ikan dan lain-lain) juga akan mengkonsumsi oksigen sepanjang waktu.


· Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organik yang tinggi menyebabkan kandungan oksigen dalam air menurun karena digunakan oleh organisme pengurai untuk respirasi. Secara langsung atau tidak langsung hasil dekomposisi tersebut akan meningkatkan populasi protozoa dan zooplankton, se­hingga akan meningkatkan pula konsumsi oksigen.


· Temperatur air
Meningkatnya temperatur air akan menurunkan kemampuan air untuk mengikat oksigen, sehingga tingkat kejenuhan oksigen di dalam air juga akan menurun. Peningkatan temperatur juga akan mem­percepat laju respirasi dan dengan demikian laju pengunaa noksigen juga meningkat.


Meskipun tidak sebanyak proses fotosintesis, difusi oksigen dari udara ke dalam air akan meningkatkan konsentrasi oksigen dalam air. Selain secara alami, proses difusi oksigen dapat ditingkatkan secara. buatan.
Ada beberapa Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan oksigen di kolam, yaitu:

· Secara biologis
Pencegahan kekurangan oksigen secara biologis dapat dilakukan dengan menjaga keseimbangan kolam melalui pemilihan kombinasi yang baik antara penghasil oksigen dan organisme yang menggunakan oksigen.

· Secara mekanik
Pencegahan kekurangan oksigen secara mekanik meliputi upaya meningkatkan difusi oksigen ke dalam air secara buatan, misalnya menggunakan aerator atau pompa udara lainnya.

· Secara kimia
Meskipun jarang digunakan, penggunaan superfospat (campuran gipsum, CaSO 4' dan monokalsium fospat) telah terbukti dapat me­nyebabkan pengendapan partikel organik karena terikat Ca dan pada saat yang sama fospat akan merangsang pertumbuhan populasi fitoplankton baru, sehingga terjadi proses fotosintesis.


B. PAKAN

Pakan merupakan sumber energi utama bagi semua organisme hidup, termasuk juga ikan. Pakan yang baik harus mampu memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh ikan untuk dapat hidup dengan normal. Pada perikanan tradisional, pakan bukan merupakan masalah utama, karena sudah dapat dipenuhi dari produksi alami.

Akan tetapi pada perikanan yang lebih maju, di mana sebagian besar pakan me­rupakan pakan buatan, sering terjadi masalah penyakit yang disebabkan oleh pakan. Untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh pakan, sebaiknya ikan diberi pakan yang memenuhi kebutuhan baik jumlah maupun kualitasnya.

Pakan yang tidak memenuhi syarat, baik jumlah maupun kualitas, dapat menimbulkan pengaruh kurang baik terhadap ikan peliharaan. Penebaran pakan hendaknya dilakukan tepat pada saat ikan sedang lapar, dengan demikian sebagian besar pakan yang diberikan akan segera dikonsumsi oleh ikan peliharaan.

Pakan, yang tidak segera dikonsumsi oleh ikan biasanya akan hanyut atau, membusuk di dasar kolam, sehingga tentu saja hal ini dapat menyebabkan timbulnya masalah penyakit.

Selain diberikan pada saat yang tepat, pakan juga harus disenangi oleh ikan sehingga sebagian besar pakan yang diberikan akan dikonsumsi oleh ikan. Untuk mengetahui pakan yang disenangi oleh ikan, sebaiknya dipelajari sifat biologis ikan tersebut.

Selain jumlah, kualitas pakan juga harus diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah penyakit. Pakan buatan hendaknya dibuat dengan komposisi nutrien yang tepat sesuai dengan kebutuhan ikan. Kelebihan atau kekurangan salah satu nutrien yang dibutuhkan sering menyebabkan timbulnya gangguan pada tubuh ikan. Komposisi nutrien yang tidak seimbang mungkin sekali karena kurang teliti dalam menentukan komposisi atau karena proses pembuatan pakan kurang tepat.

Hendaknya petani ikan menghindari penggunaan pakan yang mengandung senyawa racun karena dapat membahayakan kesehatan ikan. Timbulnya senyawa racun tersebut dapat karena bahan baku pakan tersebut memang mengandung racun atau timbulnya senyawa racun akibat penyimpanan pakan/bahan pakan yang kurang memenuhi syarat.


C. KETURUNAN

Penyakit non parasiter juga dapat disebabkan keturunan, misalnya tulang punggung yang bengkok, sirip yang kurang sempurna atau sisik yang tidak lengkap. Untuk mengatasi penyakit yang disebabkan keturunan, sebaiknya digunakan induk yang sehat agar menghasilkan keturunan yang sehat pula.

Pengetahuan mengenai penyakit yang disebabkan keturunan belum banyak dikuasai oleh petani. Dengan demikian, untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh keturunan, sebaiknya petani ikan dilengkapi pengetahuan yang lebih mendalam mengenai genetika.

Sumber : Ir. Eddy Afrianto dan Ir. Evi Liviawaty,1993

Penyakit Desinfeksi ikan

definisi penyakit :

gangguan terhadap fungsi sebagian atau seluruh organ dari organisme

penyakit beberapa aspek :
1. fungsi organ organisme terganggu
2. faktor pengganggu

faktor lingkungan
faktor lingkungan berpengarur besar terhadap timbulnya penyakit ikan

1. Abiotik
faktor fisik
- suhu
- kekeruhan

faktor kimiawi
- DO
- Salinatas
- Amoniak


2. Biotik
- makroorganisme
- mikroorganisme
yang merupakan patogen parasit pengurai makanan.

penyakit ikan timbul akibat :
1. Lingkungan tidak sesuai
2. pakan tidak sesuai

pemberantasan penyakit
- kenali penyebab penyakit tersebut
- tentukan tindakan ( pencegahan / pengobatan )


Faktor biotik penyebab penyakit berdasarkan sipatnya :

1. Bersipat infektif ( hidup dalam tubuh inang )
contoh : di dalam hati, darah, saluran pencernaan

2. bersipat parasit : sebagian atau seluruh daur hidupnya menempel pada organ dalam hewan inang untuk menyerap zat makanan.

3. bersipat sebagai epibion : hanya menempel pada tubuh inang tanpa melakukan penyerapan pada hewan inang