Senin, 01 November 2010

Gambaran Umum Diagnosa Penyakit Ikan


Definisi penyakit dalam patologi ikan
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya adalah eksternal. Penyakit internal : genetik, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan metabolik. Penyakit eksternal :

1). Non patogen
  • Penyakit lingkungan :suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan gas, zat beracun).
  • Penyakit nutrisi : kekurangan nutrisi, gejala keracunan bahan pakan.
2). Patogen; bersifat parasit dan terdiri atas empat kelompok yaitu :
  • Penyakit viral
  • Penyakit jamur
  • Penyakit bakterial
Tabel 1. Karakteristik setiap kelompok patogen
Karakteristik
Virus
Bakteri
Jamur
Parasit
Ukuran (Penyaring 0,45µm)25-350 nm (dapat
melalui penyaring)
0,6-30 µm (tidak
dapat melalui
penyaring)
Besar dari beberapa mikron (tidak dapat melalui penyaring)Besar dari ebberapa mikron (tidak dapat melalui penyaring)
ReproduksiTranskripsi/reproduksi
pada inang DNA atau
RNA
SegmentasiProduksi sporaProduksi telur/spora
KulturPada selPada mediaPada mediaPada umumnya membutuhkan inang hidup
Deteksi- PCR
- Kultur sel
- Secara imunologi
- Mikroskop elektron
- Kultur pada agar
- Mikroskop
- Secara imunologi
- Kultur pada agar
- Mikroskop
Mikroskop
Identifikasi- Secara genetik
- Secara morfologi
- Secara biokimia
- Secara morfologi
- Secara genetik
Secara morfologiSecara morfologi
Karakteristik penyakit infeksi pada ikan
Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi pada hewan darat melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga sebagai perantara bagi patogen.
Istilah penting penyakit infeksi pada ikan
Istilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah sebagai berikut :
  • Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.
  • Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui telur.
  • Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok ikan dan waktu yang sama.
  • Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi.
  • Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke inang yang lain. 
    Contoh : siput, burung.
  • Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
  • Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.
  • Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.
Tabel 2. Patogen pada ikan budidaya air tawar di Indonesia
Spesies Ikan
Virus
Bakteri
Jamur
Parasit
Ikan Mas (Cyprinus carpio)Virus Herpes Koi (KHV)Aeromonas flavobacteriumAchiya AphanomycesTrichodina , Ichthyophthirius, Chilodonella, Myxobolus, Argulus, Lemaea, Dactylogyrus, Gyrodactylus, Cestoda, Digenetik, Glochidium
Ikan Nila (Oreochromis sp)
Streptococcus flavobacteriumAchiyaTrichodina ,Chilodonella, Dactylogyrus, Gyrodactylus
Ikan Patin (Pangasius sp)
Edwardsiella flavobacteriumAchiyaTrichodina, Oodium, Ichthyophthirius, Argulus, Dactylogyrus
Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)
StreptococcusAchiyaTrichodina , Lemaea, Dactylogyrus
Ikan Botia(Botia macrac anthus)
Flavobacterium
Trichodina , Ichthyophthirius, Oodinium
Prosedur diagnosa di lapangan
  1. Pengukuran panjang dan berat ikan.
  2. Pengamatan tanda-tanda luar pada permukaan tubuh dan insang.
  3. Gunting lembaran insang dan ambil lendir tubuh untuk mendeteksi parasit di bawah mikroskop.
  4. Ambil contoh darah dari sirip dada menggunakan jarum suntik untuk pembuatan
    preparat apusan darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.
  5. Isolasi jamur dengan menggunakan agar GY jika diduga terjadi infeksi jamur. vi. Isolasi bakteri dari sirip atau insang dengan menggunakan agar cytophaga, jika diamati adanya insang atau sirip yang membusuk.
  6. Isolasi bakteri dari luka dengan menggunakan agar TS atau BHI, jika ikan memiliki borok atau ada pembengkakan pada permukaan tubuh.
  7. Bedah ikan dengan peralatan bedah yang bersih untuk membuka rongga perut dan amati tanda-tanda internal.
  8. Isolasi bakteri dari hati, ginjal dan limpa dengan menggunakan agar TS atau BHI. x. Pembuatan preparat limpa pada kaca preparat dengan pewarnaan Giemsa untuk mendeteksi infeksi bakteri.
  9. Fiksasi setiap organ dengan larutan formalin 10°I° berpenyangga fosfat- untuk histopatologi dan dalam etanol 70% untuk uji PCR.
Pekerjaan di laboratorium
Pekerjaan yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa penyakit. Jika diagnosanya salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk mendiagnosa penyakit, ikan mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat dan cepat. Prosedur diagnosa adalah sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen dari ikan yang sakit (kecuali untuk infeksi oleh virus); kedua, patogen yang diisolasi diinfeksikan ke ikan yang sehat. Bila diduga virus, larutan yang sudah disaring dengan menggunakan saringan 0,45 µm homogen, diinfeksikan ke ikan yang sehat. Jika ikan yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan yang sakit tersebut, hal ini membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab penyakit. Dengan demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan patogen sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi penyebab penyakit. Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk setiap jenis patogen, virus, bakteri, jamur dan parasit.
Tindakan penanganan
  • Penyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi incluk clan telur bebas virus. Tindakan selanjutnya bila memungkinkan adalah meningkatkan kualitas telur, penggunaan vaksin clan immunostimulan atau vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit viral. Sampai sekarang, vaksin untuk beberapa penyakit viral telah dikembangkan sebagai komoditas komersial, tapi untuk virus herpes koi belum dilakukan. Di masa yang akan datang, vaksin terhadap virus herpes koi dapat dikembangkan.
  • Penyakit bakterial : penyakit bakterial dapat diobati dengan antibiotika. Namun, penggunaan antibiotika yang tidak tepat menghasilkan efek yang negatif. Itulah sebabnya pemilihan antibiotika yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting untuk masalah infeksi bakteri. Pemilihan antibiotika dilakukan berdasarkan hasil uji sensitivitas obat. Antibiotika dapat mengobati dengan cepat ikan yang terinfeksi dengan bakteri, namun dapat menyebabkan timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Dari hal tersebut, pengembangan vaksin terhadap setiap penyakit bakterial sangatlah penting.
  • Penyakit jamur : sampai sekarang belum dikembangkan tindakan penanganan untuk infeksi jamur pada hewan air. Jadi pencegahan tindakan yang dapat dilakukan. Spora yang berenang di air untuk menemukan inang menunjukkan sensitivitas terhadap beberapa zat kimia.
  • Penyakit parasitik : pada umumnya ektoparasit dapat ditangani dengan zat kimia. Namun, telur dan siste memiliki resistensi terhadap zat kimia. Berdasarkan keberadaan parasit, pengobatan kedua harus dilakukan setelah spora atau oncomiracidium menetas. Untuk menentukan jadwal pengobatan untuk setiap parasit, studi siklus hidup parasit sangatlah penting.
Sumber : Yuasa, Kei, dkk. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan. Balai Budidaya Air Tawar Jambi, Ditjen Perikanan Budidaya, DKP dan JICA