Minggu, 31 Oktober 2010

pyrrophyta

DIVISI PYRROPHYTA
BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung pigmen (klorofil A,C2 dan piridinin,sementara yang lain memiliki klorofil A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya dinoflagellata yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis. Berwarna kuning coklat.

Alga yang termasuk alga api ini disebut Dino Flagellata, tubuh tersusun atas satu sel memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif. Ciri yang utama bahwa di sebelah luar terdapat celah dan alur, masing-masing mengandung satu flagel. Alga api berkembangbiak dengan membelah diri, kebanyakan hidup di laut dan sebagian kecil hidup di air tawar. Contohnya adalah Perodinium. Alga api yang hidup di laut memiliki sifat fosforesensi yaitu memiliki fosfor yang memancarkan cahaya.

1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui ciri-ciri Pyrrophyta
Untuk mengetahui cara perkembangbiakan Pyrrophyta
Untuk mengetahui habitat/ tempat hidup Pyrrophyta
Untuk mengetahui manfaat Pyrrophyta dalam kehidupan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Karakteristik dari dinoflagelata, hanya sekitar setengah dari spesies dinoflagelata yang mengandung pigmen yang dapat berfotosintesis, sementara yang lain adalah hetertotrop. Hanya dinoflagelata yang mampu untuk fotosintesis yang dibahas disini. Adanya dua pola pigmentasi adalah hal yang umum terjadi pada dinoflagelata. Banyak dinoflagelata yang mcmiliki klorofil A dan C2 dan peridinin, sementara yang lain memiliki klorofil A, Ci dan C2 dan fucoxanthin. Keberadaan pigmen yang ada pada sedikit dinoflagelated yang lain akan dibicarakan kemudian. Karbohidrat disimpan scbagai zat tepung, tetapi keberadaan lemak mungkin lebih penting sebagai cadangan. Sel dari dinofelgelatri tidak dilingkupi olch dinding tetapi memiliki sebuah theca sebagai pokok membran sel, yang mana terdiri dari piling yang tenuri dari selulosa. Nukleus dan koroplast memiliki sifat yang tidak biasa.
Kebanyakan dinoflagelata adalah sel biflagelata solitary. Dua tipe dasar teteh dapat dibedakan. Desmokontt memilild dua anterior flagelata ; satu flagellum mungkin melingkari diatas permukaan sel Dinokont memiliki segala insert yang lateral; satu flagelum adalah seperti pita dan melingkari sel pada sebuah lekukan dan flagellum yang lain berkembang terbaik. Tipe sel dinikont dibagi oleh lekukan ekuatorial atau korset kedalam epiconc dan hypocone. Flagellum posterior berkembang sampai ke tempat penurunan yang disebut sulcus. Nama dinoflagelata berasal dari gerakan berputar dari sel swimming. Meskipun kcbunyakan dinoflagelata adalah flagelata uniselular, koloni dari sel flagelata, sel non-flagelata, pengumpulan palmelloid, dan filamen adalah diketahui. Sel vegetatif non flagelata menunjukkan reproduktif membentuk dinokont.

2.2 KLASIFIKASI
Pyrrophyta (Alga Api)

Name :Dinoflagellates

Class :Dinoflagellata, Dinophyceae

Phylum :Dinophyta

Order :Gonyaulacales

Species :Gonyaulax balechii


2.3 CIRI-CIRI UMUM PYRROPHYTA

2.3.1 HABITAT

Pyrrophyta berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar. Pyrrophyta memiliki variasi nutrisi yang besar dari autototropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain.

2.3.2 SUSUNAN TUBUH

Berbentuk Sel Tunggal, contoh : Peridinium dan Ceratium. Berbentuk Filamen yang bercabang. contoh : Dinotrix dan Dinoclammn Susunan Sel :Anggota Pyrrophyta banyak yang ditemukan tanpa adanya dinding sel, sedangkan anggota yang memiliki dinding sel terdiri dari selulosa dan lempeng-lempeng. Contoh : Glenodinium dan Peridinium Terdapat lekukan pada tubuh selnya


Terdapat butir-butir kromatin yang berupa untaian (hal ini merupakan ciri khas dari alga api), Pigmen ; Kloroul a, b Karoten, Xantofil: Berupa Peridinin, Dinoxantin, Diadinoxandn dan Neodinoxantin.

2.3.3 SUSUNAN SEL

Typical Sell

Sel dinoflagelata memiliki beberapa sifat yang tidak umum, yang mana akan kita pertimbangkan :. Isi sel : Terdapat inti berbentuk tunggal
1. Theca dan berhubungan dengan struktur (amphiesma)
2. Nucleus, dan
3. Kloroplast,

Dinding Sel

Dinding sel pada umumnya mengandung selulose, hal ini akan memberikan struktur karakteristik dari teka amfisema adalah nama yang digunakan untuk lapisan terluar khusus dari sel Dinophyceae. Semua tipe mempunyai membran plasa yang berkesinambungan dengan membran flagel pada bagian luar. Pada umumnya terdapat sejumlah pori dalam amfisema dengan trikosit dalam tipe pori.

gelembung thecal berada pada lapisan bawah sel membran. Mereka adalah gelembung flattened, yang mana melingkupi piringan yang jelas dari seluosa atau mingkin kekurangan kandungan yang jelas, ukuran, jumlah dan susunan dari jenis piringan thecal berbeda antara masing-masing dinoflagelata dan ini merupakan hal yang penting dalam sistem taksonomi. nesmokont memiliki dua piringan besar, sementara dinokont menunjukkan variasi yang, dapat dipertimbangkan. Beberapa dinokont memiliki jumlah tertentu, biasanya piringan thecal yang tidak jelas bentuknya, sementara yang lain adalah piringan besar yang jelas, dan disebut dengan nama "armored”. Dalam upaya untuk mengidentifikasi pola evolusi, secara psikologis menggunakan sejumlah piringan thecal, tetapi tidak disctujui apakah pada kondiai primitif memiliki piringan kccil dan pcmbcsaran piring dan reduksi dalam jumlah yang dapat terjadi, atau apakah beberapa piringan primitif dan meningktit jumlahnya dari yang terjadi.

Gelembung thecal mungkin mendasari mikrotubula, sebuah pellicle dari fitnous material dan penambahan membran (kadang-lcndang dipertimbangkan termasuk sel membran). Juga yang berhubungan dengan theca adalah trichocysts dan getah yang dapat menghasilkan gelembung. Trichocysts adalah gelembung yang mengandung batang cristalin, yang mana dapat melepaskan, dan agaknya sebagai fungsi pertahauan.



Nukleus dari dinoflagelata menunjukkkan setuju sifat yang berbeda dari kondisi yang biasa di eukariot. Nukleus dilingkupi dengan pembungkus, sebagaimana pada sel eukariot, tetapi didalam mikrograph elekron, kromosom terlihat sebagai struktur yang berbentuk batang. Berbeda dengan kondisi yang biasa pada nuclei eukariot, kromosom dinoflagelata mengikat nuclear pembungkus. Dinoflagelata nukleus mempertimbangkan mewakili kondisi primitif diantara organisme eukaroid dan kadang-kadang disebut dengan mesokaryotic atau dinokarytic untuk membedakan itu dengan kondisi-kondisi eukayotic yang lain.

Ekologi

mayoritas dari dinoflagelata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar. Dinoflagelata adalah komponen yang penting dari plankton, khusnya pada kondisi hangat sebagai penambahan, beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik, diaflagelata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari ragenututropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat juga intevertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain. Dinoflagelata yang memiliki sistem fotosmtesis dan membutuhkan vitamin disebut autotropi dan yang membutuhkan energi disebut heterotrop.

Pertumbuhan yang cepat dari plankton dinoflagelata mungkin akan menghasilkan warna coklat atau merah perubahan wama air disebut red tides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara. Beberapa dinoflagelata menghasilkan red tides adalah luminescent Spesics lain mungkin mengandung racun yang dapat dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam rantai makanan. Dalam beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan atau menyeliabkan keracunan manusia yang makan makanan yang terkontaminasi oleh moluska atau ikan.

Penyebab dari berkembangnya dinoflagelata dan umunya berhubungan dengan kondisi lokal (LIHAT Adreson et al, 1985; Graneli et al, 1990). Walau bagaimanapun, beberapa pola umum tetap terjadi konsentrasi yang tinggi dari sel yang menghasilkan red tides kadang-kadang diikutipengkayaan dari air dengan adanya upwelling atau runoff. Sekuen yang khas untuk red tide.

Perkecambahan cysts (hinozigot) pada dasar inokulasi wl kedalam air.
Populasi dari peningkatan sel dengan reproduksi aseksual.
Akumulasi sel dekat permukaan sebagai hasil dari phototaxis positif.
Konsentrasi sel mungkin terjadi sebagai hasil dari pergerakan air (dihasilkan oleh onshore wind tide dll )
Reproduksi seksual terjadi dan zigot menjadi cysts, menjaga cadangan pada fase dorman pada dasamya.


Tabel 1.5 Racun Dinoflagelata

Efek pada manusia
Principal genus
Principal toxin

Paralytic shelfish
poisoning

Neurotic shcUlsh poisoning
Ciguatera fish poisoning
Diarrhetic shelfish
poisoning Alexandrium
(protogonyalax)
Ptychodiscus
Gambienliscus
Dinophysis
Saxitcnan

Brcvetoxin
Ciguatoxin dan
maititoxin
Okadaic acid


Red tides

Pertumbuhan yang cepat dari pyrrophyta akan menghasilkan gamet coklat atau merah pada air sehingga disebut red tides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara, bebrapara pyrrophyta yang mengakibatkan red tides adalah luminescen. jumlah fitoplankton berlebih di sebuah perairan berpotensi membunuh berbagai jenis biota laut secara massal. Pasalnya, keberadaan fitoplankton mengurangi jumlah oksigen terlarut."Kemungkinan lain, insang- insang ikan penuh dengan fitoplankton. Akibatnya, lendir pembersihnya menggumpal karena fitoplanktonnya berlebih dan ikan pun sulit bernapas.

Padahal, mereka terus bergerak," Dugaan di atas diperkuat dengan terjadinya peristiwa pada sore hingga malam hari. Saat itulah fitoplankton membutuhkan oksigen sehingga terjadilah perebutan oksigen. Siang hari, oksigen terlarut justru berlebih karena proses fotosintesis, Misalnya pada perairan teluk Jakarta, karena perairan ini terkenal memiliki nutrien tinggi seiring tingginya limbah organik yang dibawa sungai ke laut. Dampaknya, perairan Teluk Jakarta kelewat subur bagi pertumbuhan fitoplankton yang membutuhkan unsur nitrogen (N) dan fosfat (P) untuk berkembang. Limbah rumah tangga dan industri, di antaranya limbah deterjen dan limbah organik nonlogam berat, merupakan penyedia utama P dan N. Peristiwa ledakan fitoplankton tidak hanya berakibat negatif. Sisi positifnya, ketersediaan fitoplankton dalam jumlah banyak pertanda baik bagi peternakan kerang, terutama kerang hijau (Pena viridis).

Selain itu, ikan-ikan yang berada di Laut senantiasa tercukupi kebutuhan makanannya. Namun di sisi lain, kelebihan fitoplankton mengganggu estetika perairan untuk wisata bahari. Red Tide spesies fitoplankton pyrrophyta itu terjadi, menurut Said Mustafa disebabkan empat faktor. Pertama, pengayaan unsur hara dalam dasar laut atau eutrofikasi; Kedua, perubahan hidro-meteorologi dalam sekala besar; Ketiga, adanya gejala upwelling yaitu pengangkatan massa air yang kaya akan unsur hara ke permukaan, dan; Keempat, akibat hujan dan masuknya air tawar ke laut dalam jumlah besar. “Banjir bandang, misalnya, bisa juga membuat air laut pantai timur di Aceh terkena red tide” .
Keempat faktor itu, menurutnya, merupakan faktor penyebab terjadinya red tide spesies fitoplankton pyrrophyta berwarna merah. Spesies ini akan hilang dengan sendirinya, bila ekosistem dalam air kembali seimbang, yaitu kembali pada kondisi normalnya. Perubahan warna air laut terjadi, jika warna merah karena dominasinya spesies alga merah (Dinoplagelata) yang mekar dan tumbuh dari dasar laut melampui batas normalnya.

Red tide kadang-kadang bermula dari estuaries dan kemudian berkembang ke pesisir pentai. Dampak dari red tide pada komrnitas lautan bergantung pada spesies tersebut Oksigen mungkin dihabiskan oleh proses respirasi dari dinoflagelata pada saat malam dan dengan dekomposisi sel ketika masa perkembangan berakhir. Beberapa efek mungkin akan dihasilkan ketika tumpukan spesies mengandung racun terkumpul.

Dinoflagellata beracun

Biasanya masing-masing spesies membentuik campuran racun yang berbeda, racun yang utama adalah saxitoxin dan yang dihasilkan oleh Alexandrium, brevetoxin dihasilkan oleh ptyahodiscus, dan ciaduatoxin dihasilkan oleh bambierdiscus. Keracunan manusia biasanya terjadi setelh memakan ikan atau molusca yang megakumulasi racun dari pyrrophyta Tidak semua biota laut yang mati karena fitoplankton berbahaya bila dikonsumsi, di antaranya bergantung pada jenis fitoplankton. Secara umum terbagi dua, yakni jenis harmful algae bloom (HAB) dan non-HAB. Bila berlebih, keduanya berbahaya bagi ikan. "Tidak masalah mengonsumsi ikan yang penyebab kematiannya adalah algae tidak beracun. Dari 20 jenis algae penyebab ikan mati, 17 di antaranya pernah ditemukan di Teluk Jakarta.

Tiga di antaranya yang ditemukan di perairan di utara Jakarta adalah jenis Dinophysis spp, Alexandrium spp, dan Pseudonitschia spp. seseorang yang mengonsumsi kerang yang mengandung algae jenis Alexandrium spp, dapat terkena kanker hati paralytic shellfish poisoning (PSP). Jenis racunnya disebut saxitoxin. Berdasarkan penelitian yang pernah diterapkan pada tikus, racun saxitoxin berdaya bunuh 1.100 kali dibandingkan sianida, sedangkan bisa ular kobra "hanya" berdaya bunuh 500 kali. Sedangkan daya bunuh tertinggi terdapat pada algae Gambierdiscus toxicus dengan meitotoxin-nya yang berdaya bunuh 22.000 kali. Menurut Zaenal, salah satu cara melindungi Teluk Jakarta -khususnya dari pencemaran logam berat dan fitoplankton beracun-adalah dengan membangun sanitasi di permukiman. Selain itu, perlu semacam lembaga yang khusus memonitor ketat dampak pencemaran pada biota laut. (GSA)

Hanya sedikit dinoflagelata (diperkirakan 20 spesies) adalah racun (Steiding r, 1983; Steidinger and Baden 1984; Taylor, 1985). Biasanya masing-masing spcsies membentuk campuran racun yang berbeda. Racun yung utama adalah saxitoxin dan itu dihasilkan oleh Alexandrium, brevetoxin dihasilkan oleh Ptychodiscus, dan ciguatoxin dihasilkan oleh Gauabierdiscus. Keracunan manusia biaaanya terjadi setelah memakan Ikan atau moluska yang mengakumulasi racun yang memakan dinoflagelata.

Cadangan Makanan

Berupa tepung dan minyak

Alat Gerak:

Berupa flagel, sebanya 2 (dua) buah, satu buah melingkar sedangkun satu bagiaji lainnya berada di posterio Ada juga falgel yang terletak di bagian lateral Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel akan berputar dan bila flagel bagian posterior yang bergerak maka sel akan maju.
.
Cara Perkembangbiakan

Pyrrophyta memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara:

Vegetatif, yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel memiliki panser, maka selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas membelah membujur, lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara yang kemudian masing – masing membuat panser lagi. Setelah mengalami waktu istirahat zigot yang mempunyai dinding mengadakan pembelahan reduksi, mengeluarkan sel kembar yang telanjang

Sexual, dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat mengadakan perkawinan dengan isogamet dari individu lain

Sporik, yaitu dengan zoospora (contohnya Gloeonidium) dan aplanospora (contohnya Glenodinium)

Pada Alexandrium sp, cara perkembangbiakannya yaitu:

· Kista-kista tidur dalam dasar laut, tertimbun oleh sedimen. Jika tak terganggu oleh kekuatan fisik atau alam, mereka dapat berada di dasar laut dalam kondisi tertidur untuk waktu bertahun-tahun. Jika terdapat kandungan oksigen dan kondisi memungkinkan, mereka daapt melakukan proses perkecambahan.
· Jika suhu hangat dan banyak cahaya yang merangsang perkecambahan ini, kista akan pecah dan mengeluarkan sel yang dapat berenang. Sel ini direproduksi oleh pembelahan sederhana dalam beberapa hari pengeraman.
· Jika kondisi tetap optimal, sel akan terus membelah diri secara berlipat, dari dua menjadi empat, empat menjadi delapan, dan seterusnya. Setiap satu sel dapat menghasilkan beberapa ratus sel dalam se minggu.
· Pada saat nutrisi telah habis, pertumbuhan sel berhenti dan terbentuklah sel-sel gamet. Setiap dua sel gamet yang berbeda bersatu membentuk satu sel baru yang berkembang menjadi sebuah zigot dan akhirnya menjadi kista. Kista ini lalu jatuh ke dasar laut dan dapat berbiak pada tahun berikutnya.

Sabtu, 16 Oktober 2010

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH COPEPODA

Copepoda adalah golongan udang renik yang sering menyerang tubuh ikan bagian luar dan insang. Parasit ini dapat hidup di air tawar maupun air asin dan sangat sulit dikontrol. Anggota copepoda yang bukan parasit sering berperan sebagi inang perantara dari parasit cacing. Banyak parasit Copepoda yang menembus daging ikan tanpa dapat dicegah oleh perlakuan kimia. Parasit ini mempunyai siklus hidup yang rumit

1. Argulus sp.

Argulus sp. adalah sejenis udang renik yang termasuk ke dalam famili Argulidae dan merupakan ektoparasit. Organisme ini mem­punyai bentuk tubuh bulat pipih seperti kutu, sehingga sering disebut kutu ikan (fish louse). Tubuhnya dilengkapi dengan alat yang dapat digunakan untuk mengaitkan tubuhnya pada insang dan mengisap sari makanan.
Serangan parasit ini umumnya tidak menimbulkan kematian pada ikan sebab ia hanya mengisap darahnya saja sehingga ikan menjadi kurus. Luka bekas alat pengisap ini merupakan bagian yang mudah diserang oleh bakteri atau jamur. Infeksi sekunder inilah yang bisa menyebabkan kematian ikan secara masal.


Ciri-ciri ikan yang terserang argulus adalah tubuhnya terlihat menjadi kurus bahkan sangat lemah karena kekurangan darah. Bekas serangannya dapat terlihat berwarna kemerah-merahan, karena terjadi pendarahan. Jika terjadi serangan secara besar-besaran, makaArgulus sp. akan terlihat membentuk koloni di sekitar sirip dan insang.

Cara yang paling efektif untuk mencegah serangan parasit ini adalah dengan melakukan pengeringan dan pengapuran kolam serta penyaringan air. Sedangkan pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan larutan garam (NaCI) atau larutan garam ammoniak (NH 4 CI). Demikian pula dengan perendaman ikan dalam larutan bromex 0,1— 0,2 ppm. Perendaman dalam larutan lindane 0,01— 0,02 ppm sudah dapat membunuh Argulus sp. yang berenang bebas dalam waktu 5 jam, sedangkan dosis 0,013 ppm terbukti dapat membunuh secara total setelah 48 jam. Perendaman dalam larutan neguvon 1 gram per liter air selama 10-30 menit cukup ampuh untuk memberantas parasit ini.









                                           






dilihat dari bawah
















dilihat dari atas


Sumber : Ir. Eddy Afrianto dan Ir. Evi Liviawaty, 1993

Tahap Pembelahan sel.

Gene merupakan unit yang elementer dari sifat-sifat yang diturunkan terdapat dalam sepanjang kromosom. Dalam ikan dan vertebrate lain, tiap kromosom diketahui mengandung ratusan bahkan ribuan gene. Gene sebagai unit terkecil, pembawa sifat keturunan adanya pada kromonemata yaitu pada bagian inti kromosom.


Pada saat terjadinya pembelahan sel, kromosom ini turut terbagi tetapi pembagian ini tergantung kepada macam pembelahannya.
Pembelahan sel ada dua macam, yaitu pembelahan mitosis dan meiosis. Pembelahan mitosis terdapat pada sel somatik, dimana dalam pembelahan itu jumlah kromosom tidak terdapat perubahan yaitu tetap 2n atau diploid. Sedangkan pada pembelahan meiosis yaitu dalam pembentukan gamet jumlah kromosom tereduksi menjadi setengahnya atau n (haploid) (Gambar 18).

Berdasarkan kepada proses yang terjadi selama pembelahan, dapat digolongkan menjadi tahap, sebagai berikut:

Prophase : Dalam inti terdapat suatu pembentukan struktur yang komplek yang bentuknya semacam benang. Pada awal tahap ini tampak dua kronemata tetapi pada akhir­nya kronemata tersebut hilang atau tidak tampak.

Metaphase : kromosom berjajar pada garis khatulistiwa cell.

Anaphase : kromosom membelah memanjang menjadi dua bagian. Masing-masing mengandung satu kromonemata. Kemudian masing-masing bagian kromosom yang telah membelah bergerak menuju salah satu kutub sel dan akhirnya dalam satu sel itu membentuk dua set kromosom seperti pada tahap porphase.

Telophase : Tiap kromosom kembali kepada kondisi metabolik. Terbentuk kembali dinding inti yang mengelilingi inti baru. Akhirnya terbentuk dua sel anak yang identik dengan sel induk.


sumber : M. Ichsan Effendie, 1997



PENGENDALIAN PENYAKIT NON PARASITER

A. LINGKUNGAN
Deplesi (kekurangan) oksigen merupakan salah satu faktor ling­kungan yang sering menjadi penyebab kehilangan ikan, terutama di kolam yang banyak mengandung bahan organik. Pengaruh kekurangan oksigen terhadap kehilangan ikan di kolam dapat terjadi secara lang­sung maupun tidak langsung.

Pada saat kandungan oksigen dalam air sangat rendah, sebagian besar ikan yang ada akan mati, kecuali be­berapa spesies yang mampu mengambil oksigen langsung dari udara. Secara tidak langsung, kekurangan oksigen dapat menyebabkan ikan menjadi stres sehingga mudah diserang oleh organisme penyebab pe­nyakit. Untuk mengatasi kehilangan tersebut perlu dipelajari mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi deplesi oksigen.

Faktor utama yang mempengaruhi konsentrasi oksigen di kolam adalah fotosintesa, respirasi dan difusi oksigen dari udara ke dalam air. Pada kolam subur (kaya akan fitoplankton dan tumbuhan air) selama Siang hari akan terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan banyak oksigen, sehingga konsentrasi oksigen di kolam melebihi kebutuhan untuk respirasi.

Pada malam hari proses fotosintesis terhenti tetapi proses respirasi tetap berlangsung, sehingga terjadi kekurangan oksigen karena kandungan oksigen di dalam kolam menjadi sangat rendah.
Proses respirasi erat kaitannya dengan konsentrasi oksigen di dalam air. Meningkatnya kecepatan respirasi akan mempercepat pe­nurunan konsentrasi oksigen, kecuali pada kolam yang dilengkapi sumber udara (air pump). Laju respirasi di kolam dipengaruhi oleh:

· Organisms yang ada

Tumbuhan air selain menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis juga akan menggunakan oksigen untuk proses respirasi, baik siang maupun malam. Perkembangan yang hebat dari tumbuhan air ini ternyata akan meningkatkan kandungan oksigen di lapisan permu­kaan sedangkan di lapisan air yang lebih dalam sering mengalami ke­kurangan oksigen karena terjadi efek peneduhan.

Selain plankton dan tumbuh-tumbuhan air, organisme heterotrof (bakteri, protozoa, zooplankton, ikan dan lain-lain) juga akan mengkonsumsi oksigen sepanjang waktu.


· Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organik yang tinggi menyebabkan kandungan oksigen dalam air menurun karena digunakan oleh organisme pengurai untuk respirasi. Secara langsung atau tidak langsung hasil dekomposisi tersebut akan meningkatkan populasi protozoa dan zooplankton, se­hingga akan meningkatkan pula konsumsi oksigen.


· Temperatur air
Meningkatnya temperatur air akan menurunkan kemampuan air untuk mengikat oksigen, sehingga tingkat kejenuhan oksigen di dalam air juga akan menurun. Peningkatan temperatur juga akan mem­percepat laju respirasi dan dengan demikian laju pengunaa noksigen juga meningkat.


Meskipun tidak sebanyak proses fotosintesis, difusi oksigen dari udara ke dalam air akan meningkatkan konsentrasi oksigen dalam air. Selain secara alami, proses difusi oksigen dapat ditingkatkan secara. buatan.
Ada beberapa Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan oksigen di kolam, yaitu:

· Secara biologis
Pencegahan kekurangan oksigen secara biologis dapat dilakukan dengan menjaga keseimbangan kolam melalui pemilihan kombinasi yang baik antara penghasil oksigen dan organisme yang menggunakan oksigen.

· Secara mekanik
Pencegahan kekurangan oksigen secara mekanik meliputi upaya meningkatkan difusi oksigen ke dalam air secara buatan, misalnya menggunakan aerator atau pompa udara lainnya.

· Secara kimia
Meskipun jarang digunakan, penggunaan superfospat (campuran gipsum, CaSO 4' dan monokalsium fospat) telah terbukti dapat me­nyebabkan pengendapan partikel organik karena terikat Ca dan pada saat yang sama fospat akan merangsang pertumbuhan populasi fitoplankton baru, sehingga terjadi proses fotosintesis.


B. PAKAN

Pakan merupakan sumber energi utama bagi semua organisme hidup, termasuk juga ikan. Pakan yang baik harus mampu memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh ikan untuk dapat hidup dengan normal. Pada perikanan tradisional, pakan bukan merupakan masalah utama, karena sudah dapat dipenuhi dari produksi alami.

Akan tetapi pada perikanan yang lebih maju, di mana sebagian besar pakan me­rupakan pakan buatan, sering terjadi masalah penyakit yang disebabkan oleh pakan. Untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh pakan, sebaiknya ikan diberi pakan yang memenuhi kebutuhan baik jumlah maupun kualitasnya.

Pakan yang tidak memenuhi syarat, baik jumlah maupun kualitas, dapat menimbulkan pengaruh kurang baik terhadap ikan peliharaan. Penebaran pakan hendaknya dilakukan tepat pada saat ikan sedang lapar, dengan demikian sebagian besar pakan yang diberikan akan segera dikonsumsi oleh ikan peliharaan.

Pakan, yang tidak segera dikonsumsi oleh ikan biasanya akan hanyut atau, membusuk di dasar kolam, sehingga tentu saja hal ini dapat menyebabkan timbulnya masalah penyakit.

Selain diberikan pada saat yang tepat, pakan juga harus disenangi oleh ikan sehingga sebagian besar pakan yang diberikan akan dikonsumsi oleh ikan. Untuk mengetahui pakan yang disenangi oleh ikan, sebaiknya dipelajari sifat biologis ikan tersebut.

Selain jumlah, kualitas pakan juga harus diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah penyakit. Pakan buatan hendaknya dibuat dengan komposisi nutrien yang tepat sesuai dengan kebutuhan ikan. Kelebihan atau kekurangan salah satu nutrien yang dibutuhkan sering menyebabkan timbulnya gangguan pada tubuh ikan. Komposisi nutrien yang tidak seimbang mungkin sekali karena kurang teliti dalam menentukan komposisi atau karena proses pembuatan pakan kurang tepat.

Hendaknya petani ikan menghindari penggunaan pakan yang mengandung senyawa racun karena dapat membahayakan kesehatan ikan. Timbulnya senyawa racun tersebut dapat karena bahan baku pakan tersebut memang mengandung racun atau timbulnya senyawa racun akibat penyimpanan pakan/bahan pakan yang kurang memenuhi syarat.


C. KETURUNAN

Penyakit non parasiter juga dapat disebabkan keturunan, misalnya tulang punggung yang bengkok, sirip yang kurang sempurna atau sisik yang tidak lengkap. Untuk mengatasi penyakit yang disebabkan keturunan, sebaiknya digunakan induk yang sehat agar menghasilkan keturunan yang sehat pula.

Pengetahuan mengenai penyakit yang disebabkan keturunan belum banyak dikuasai oleh petani. Dengan demikian, untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh keturunan, sebaiknya petani ikan dilengkapi pengetahuan yang lebih mendalam mengenai genetika.

Sumber : Ir. Eddy Afrianto dan Ir. Evi Liviawaty,1993

Penyakit Desinfeksi ikan

definisi penyakit :

gangguan terhadap fungsi sebagian atau seluruh organ dari organisme

penyakit beberapa aspek :
1. fungsi organ organisme terganggu
2. faktor pengganggu

faktor lingkungan
faktor lingkungan berpengarur besar terhadap timbulnya penyakit ikan

1. Abiotik
faktor fisik
- suhu
- kekeruhan

faktor kimiawi
- DO
- Salinatas
- Amoniak


2. Biotik
- makroorganisme
- mikroorganisme
yang merupakan patogen parasit pengurai makanan.

penyakit ikan timbul akibat :
1. Lingkungan tidak sesuai
2. pakan tidak sesuai

pemberantasan penyakit
- kenali penyebab penyakit tersebut
- tentukan tindakan ( pencegahan / pengobatan )


Faktor biotik penyebab penyakit berdasarkan sipatnya :

1. Bersipat infektif ( hidup dalam tubuh inang )
contoh : di dalam hati, darah, saluran pencernaan

2. bersipat parasit : sebagian atau seluruh daur hidupnya menempel pada organ dalam hewan inang untuk menyerap zat makanan.

3. bersipat sebagai epibion : hanya menempel pada tubuh inang tanpa melakukan penyerapan pada hewan inang

Rabu, 06 Oktober 2010

MAKAN IKAN TUNA BISA BIKIN CERDAS ??




Tingginya nilai jual tuna, jenis ikan yang paling banyak dicari dan dicuri dari laut Indonesia, disebabkan karena rasanya yang lezat. Selain itu, banyak kandungan zat gizi yang mampu menyehatkan orang dewasa dan mencerdaskan anak-anak.


Ikan merupakan bahan pangan yang sangat tinggi peminatnya. Salah satu jenis ikan yang banyak diminati, baik di pasar lokal maupun internasional, adalah ikan tuna. Yang dalam bahasa latinnya dikenal sebagai Thunnus sp dan dalam bahasa Inggris disebut skipjack.

Ikan tuna mempunyai daerah penyebaran sangat luas atau hampir disemua daerah tropis maupun subtropis. Posisi perairan Indonesia yang terletak di antara Samudera Hindia dan Pasifik merupakan tempat perlintasan ikan tuna dalam pengembaraan jarak jauhnya. Ikan tuna terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain mandidihang/yellowfin (Thunnus albacores), mata besar (Thunus obesus), abu-abu (Thunus tonggol), albakora (Thunus alalunga), dan sirip biru (Thunus thynnus).

Hingga saat ini tuna masih dihasilkan dari kegiatan penangkapan, bukan hasil budi daya. Keberhasilan operasi penangkapan sangat ditentukan oleh keterampilan mengenali pola tingkah laku ikan tuna yang berkaitan dengan kebiasaan makan, suhu air, arus air, dan musim kawin.


Kaya Omega-3
Nilai gizi tuna yang sangat baik, kandungan omega-3-nya membuat tuna mempunyai seribu satu manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, hal itu harus didukung dengan pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan tuna yang baik. Ikan tuna yang masih segar sebaiknya disimpan di lemari es (jika akan segera digunakan) atau dibekukan (jika ingin disimpan untuk beberapa lama).

Dilihat dari komposisi gizinya, tuna mempunyai nilai gizi yang sangat luar biasa. Kadar protein pada ikan tuna hampir dua kali kadar protein pada telur yang selama ini dikenal sebagai sumber protein utama.

Kadar protein per 100 gram ikan tuna dan telur masing-masing 22 g dan 13 g.Sebagai salah satu komoditas laut, ikan tuna juga kaya akan asam lemak omega-3. Kandungan omega-3 pada ikan air laut, seperti ikan tuna, adalah 28 kali lebih banyak daripada ikan air tawar. Omega-3 dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan menghambat proses terjadinya aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah).

Konsumsi ikan 30 gram sehari dapat mereduksi risiko kematian akibat penyakit jantung hingga 50 persen. Asam lemak omega-3 juga mempunyai peran penting untuk proses tumbuh kembang sel-sel saraf, termasuk sel otak, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan, terutama pada anak-anak yang sedang mengalami proses tumbuh kembang.


Sumber Mineral
Ikan tuna juga kaya berbagai mineral penting yang esensial bagi tubuh. Kandungan iodium pada ikan tuna mencapai 28 kali kandungan iodium pada ikan air tawar. Iodium sangat berperan penting untuk mencegah penyakit gondok dan meningkatkan kecerdasan anak. Selain itu, ikan tuna juga kaya akan selenium.

Konsumsi 100 gram ikan tuna cukup untuk memenuhi 52,9 persen kebutuhan tubuh akan selenium. Selenium mempunyai peran penting di dalam tubuh, yaitu mengaktifkan enzim antioksidan glutathione peroxidase. Enzim ini dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas penyebab berbagai jenis kanker.

Dilihat dari perbandingan kalium dan natrium, ikan tuna baik untuk penderita jantung. Makanan ini tergolong makanan sehat untuk jantung dan pembuluh darah bila mengandung rasio kalium dan natrium minimal 5 berbanding 1.

Perbandingan kalium dan natrium mencapai 6,4:1 pada tuna sirip biru; 11:1 pada tuna jenis skipjack; dan 12:1 pada tuna yellow fin. Kalium diketahui bermanfaat untuk mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, serta membersihkan karbondioksida di dalam darah.
Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja otot dan simpul saraf: Kalium yang tinggi akan memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu memperlancar keseimbangan cairan tubuh.


Sumber Vitamin

Kandungan vitamin pada ikan tuna, terutama jenis sirip biru sangat tinggi, yaitu mencapai 2,183 IU. Konsumsi 100 gram ikan tuna sirip biru cukup untuk memenuhi 43,6 persen kebutuhan tubuh akan vitamin A setiap hari.

Vitamin A sangat baik untuk pemeliharaan sel epitel, peningkatan imunitas tubuh, pertumbuhan, penglihatan, dan reproduksi. Ikan tuna juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6 dan asam folat.

World's Health Rating dari The George Mateljan Foundation menggolongkan kandungan vitamin B6 tuna ke dalam kategori sangat bagus karena mempunyai nutrient density yang tinggi, yaitu mencapai 6,7 (batas kategori sangat bagus adalah 3,4-6,7). Vitamin B6 bersama asam folat dapat menurunkan level homosistein. Homosistein merupakan komponen produk antara yang diproduksi selama proses metilasi. Homostein sangat berbahaya bagi pembuluh arteri dan sangat potensial untuk menyebabkan terjadinya penyakit jantung.

Meskipun ikan tuna mengandung kolesterol, kadarnya cukup rendah dibandingkan dengan pangan hewani lainnya. Kadar kolesterol pada ikan tuna 38-45mg per 100gr daging.
Cegah Stroke dan Obesitas

Kandungan gizi yang tinggi membuat tuna sangat efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya stroke. Sebuah studi yang pernah dilakukan selama 15 tahun menunjukkan bahwa konsumsi ikan tuna 2-4 kali setiap minggu, dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke daripada yang hanya mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan.

Konsumsi 5 kali atau lebih dalam setiap minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52 persen. Konsumsi tuna 13 kali per bulan dapat mengurangi risiko tubuh dari ischemic stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak.

Dari delapan penelitian yang tercatat dalam The George Mateljan Foundation (2006), konsumsi tuna 1-3 kali per bulan dapat mengurangi risiko ischemic stroke sebesar 9 persen. Selanjutnya risiko menurun sebanyak 13 persen pada konsumsi tuna sekali seminggu, 18 persen pada konsumsi 2-4 kali per minggu, serta 31 persen pada konsumsi tuna 5 kali atau lebih setiap minggunya.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 6th Congress of The International Society for the Study of Fatty Acids and Lipid pada Desember 2004 membuktikan bahwa, ikan tuna dapat mencegah obesitas dan sangat baik untuk penderita diabetes melitus tipe 2.
Hal itu disebabkan kandungan EPA (eicosapentaenoic acid) yang tinggi pada ikan tuna dapat menstimulasi hormon leptin, yaitu sebuah hormon yang membantu meregulasi asupan makanan. Dengan regulasi tersebut, tubuh akan terhindar dari konsumsi makanan secara berlebihan, penyebab obesitas.

Tangkal Leukemia dan Kanker Payudara

Konsumsi ikan tuna yang diolah dengan cara dipanggang atau dibakar, tetapi tidak digoreng, dapat mencegah risiko penyakit heart arrhythmia, terutama bagi mereka yang berusia lanjut. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Universitas Harvard pada tahun 2004, menunjukkan bahwa konsumsi ikan tuna 1-4 kali setiap minggu dapat meningkatkan omega-3 dan mencegah penyakit heart arrhythmia hingga 28 persen.
Penggorengan tidak dianjurkan karena dikhawatirkan dapat menghasilkan radikal bebas yang justru merugikan bagi kesehatan tubuh. Cancer Epidemiology Biomarkers and Prevention dalam publikasi pada tahun 2004 menunjukkan bahwa konsumsi ikan yang kaya asam lemak (seperti ikan tuna) dapat mengurangi risiko penyakit leukemia, multiple myeloma, dan non-hodgkins lymphoma.

Studi yang dilakukan terhadap 6.800 orang Kanada tersebut menunjukkan bahwa konsumsi ikan yang kaya akan asam lemak dapat mengurangi risiko leukemia hingga 28 persen, multiple myeloma 36 persen, dan non-hodgkins lymphoma hingga 29 persen.

Ikan tuna juga baik untuk mencegah kanker payudara. Hal tersebut disebabkan kandungan omega-3 pada tuna dapat menghambat enzim proinflammatory yang disebut cyclooxygenase 2 (COX 2), enzim pendukung terjadinya kanker payudara. Omega-3 juga dapat mengaktifkan reseptor di membran sel yang disebut peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR)-ã, yang bisa menangkap aktivitas sel penyebab kanker. Selain itu, omega-3 juga dapat memperbaiki DNA. Tinggi Purin dan Histamin.
Meskipun tuna mempunyai manfaat yang sangat luar biasa bagi tubuh, konsumsinya secara berlebihan juga perlu dicermati. Tuna mengandung senyawa purin yang dapat menjadi pencetus penyakit gout atau asam urat. Hal itu yang menyebabkan orang yang mempunyai masalah dengan ginjalnya atau sedang menderita penyakit gout, sebaiknya membatasi konsumsi makanan yang kaya purin, seperti ikan tuna.
Selain purin, tuna juga mengandung histamin. Histamin merupakan senyawa turunan dari asam amino histidin yang banyak terdapat pada ikan. Histidin merupakan salah satu dari sepuluh asam amino esensial yang dibutuhkan oleh anak-anak dan bayi, tetapi bukan asam amino esensial bagi orang dewasa.Di dalam tubuh kita, histamin memiliki efek psikoaktif dan vasoaktif. Efek psikoaktif menyerang sistem saraf transmiter manusia, sedangkan efek vasoaktifnya menyerang sistem vaskular. Pada orang-orang yang peka, histamin dapat menyebabkan migrain dan meningkatkan tekanan darah. Histamin tidak membahayakan jika dikonsumsi dalam jumlah yang rendah, yaitu 8 mg per 100 gram ikan. Keracunan akan timbul jika kadar histamin yang terdapat pada ikan yang kita konsumsi cukup tinggi.

Menurut FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat, keracunan histamin akan berbahaya jika seseorang mengonsumsi ikan dengan kandungan histamin 50 mg/100 gram ikan. Kandungan histamin sebesar 20 mg/100 gram ikan akan terjadi jika penanganan ikan dilakukan secara tidak higienis. Gejala keracunan akan muncul apabila kita mengonsumsi ikan dengan kandungan histamin yang berlebih, yaitu dalam jumlah di atas 70-1.000 mg. Akibatnya, timbul muntah-muntah, rasa terbakar pada tenggorokan, bibir bengkak, sakit kepala, kejang, mual, muka dan leher kemerah-merahan, gatal-gatal, dan badan lemas. Sekilas gejala keracunan histamin mirip dengan gejala alergi yang dialami oleh orang yang sensitif terhadap ikan atau bahan makanan asal laut.

Akibatnya, orang sering keliru membedakan gejala keracunan histamin dengan alergi. Sampai saat ini memang belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat keracunan histamin. Meskipun begitu, kita harus tetap waspada karena efek yang ditimbulkannya juga tidak bisa dianggap sepele. Langkah paling tepat untuk mencegah keracunan histamin adalah dengan cara memilih dan mengonsumsi ikan yang masih segar dan bermutu baik. Perhatikan pula cara penanganan ikan secara tepat dan benar, sehingga bahayanya dapat dihindari.


Makalah


HUBUNGAN PARAMETER FISIKA KUALITAS AIR
TERHADAP PERTUMBUHAN
IKAN KERAPU BEBEK  (Cromileptes altivelis)






DISUSUN OLEH :
NAMA     : HERMANTO LAMUSU
                                                       NPM         : 08061032




PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK
2009

 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, sehingga penyusunan makalah  ini dapat diselesaikan dengan baik.  Makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Manajemen Kualitas Air.
              Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sri Sukari, M.Si atas arahan yang diberikan guna menyelesaikan mata kuliah ini dengan sebaik-baiknya, dan rekan – rekan mahasiswa perikanan UNISMUH Luwuk yang memberikan  berbagai masukan dan informasi yang sangat membantu dalam penyempurnaan penulisan makalah ini. 
            Akhirnya, semoga informasi yang terkandung dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama mereka yang membutuhkannya.

                                                                               Luwuk,   Desember 2009
                                                                                    Penulis

 
                                                                                          Hermanto Lamusu


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ……………………………………………………..……  i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….  ii
BAB  I     PENDAHULUAN ……………………………………………………  1
BAB II    PERMASALAHAN ………………………………………………….  3
BAB III   PEMBAHASAN ……..………………………………………………  4
                 3.1 Klasifikasi Ikan Kerapu Bebek    …………………………………   4
                 3.2 Parameter fisika  ………………………………………………….   4
                 3.3 Penaganan permasalahan dalam budidaya KJA  …………………  
BAB IV   PENUTUP ……………………………………………………………. 7
A.    Kesimpulan ………………………………………………………   7
B.     Saran  …………………………………………………………….   7
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
Perairan Indonesia terletak di antara dua Samudera, Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dengan panjang garis pantai lebih dari 80.000 km yang banyak terdiri dari perairan karang sehingga dapat dijumpai berbagai jenis ikan karang, termasuk ikan Kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Ikan tersebut bersifat karnifora, rakus dan dapat memangsa berbagai jenis ikan, cephalopoda, crustacea, dan lain-lain (Munro, 1967). Ikan kerapu bernilai ekonomis tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga penangkapan dan budidayanya bisa berkembang. Namun saat ini untuk memenuhi permintaan pasar masih didominasi hasil tangkapan di alam (Anonim, 2001b). Sedangkan hasil budidaya masih terbatas dan hanya berasal pada daerah-daerah tertentu saja terutama yang dekat dengan pusat pemasaran, seperti Bali, Tanjung Pinang, Batam, Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara dan lain-lain.
Ikan Kerapu bebek atau biasa disebut kerapu tikus (Cromileptes altivelis) mempunyai bentuk agak pipih yang bila diperhatikan warna dasarnya abu – abu dengan bintik hitam pada badanya. Ikan yang muda merupakan ikan hias laut yang mempunyai bintik agak besar serta lebih sedikit dibandingkan ikan yang lebih tua.
Bagi biota perairan, air berfungsi sebagai media baik sebagai media internal maupun eksternal. Sebagai media internal, air berfungsi sebagai bahan baku reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan makanan ke seluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh, dan sebagai pengatur atau penyangga suhu tubuh. Sementara sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitatnya.
Air sebagai tempat hidup biota Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang dibudidayakan, harus memenuhi persyaratan kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu). Pengelolaan kualitas air memegang peranan penting dalam keberhasilan budidaya biota perairan. Sasarannya adalah terjaminnya mutu air yang memenuhi syarat bagi kehidupan dan pertumbuhan biota budidaya selama periode pemeliharaan.

BAB II
PERMASALAHAN
            Biota budidaya untuk tumbuh optimal membutuhkan lingkugan hidup yang optimal pula. Kualitas air dan pengaruhnya terhadap biota budidaya sangat penting diketahui oleh pembudidaya. Salah satu parameter untuk budidaya biota air adalah parametrer fisika.
Pemahaman tentang hubugan parameter fisika kualitas air terhadap pertumbuhan ikan kerapu bebek perlu untuk di lakukan, dimana salah satu keberhasilan dalam suatu budidaya adalah menciptakan kualitas air yang baik dan memenuhi syarat agar biota budidaya dapat hidup sehat dan tumbuh optimal.
Adapun permasalahan tentang parameter fisika yaitu :
1.      Pengaruh kecepatan Arus
2.      Pengaruh kedalaman perairan
3.      Kecerahan perairan
4.      Suhu
5.      Salinitas
     Permasalahan dalam budidaya KJA yaitu :
1.      Sistrem budidaya ikan kerapu bebek
2.      Cara pemberian pakan
3.      Langkah – langkah penaganan kekeruhan pada KJA
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Klasifikasi Ikan Kerapu Bebek
Famili : Serranidae
Spesies : Chromileptes altivelis
Nama dagang: humpback grouper, mero, jorobado, mero bassu, baramundi cod, sarasa hata, polka dot grouper, lo su pan
Nama lokal : kerapu tikus
3.2 Parameter Fisika
            Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka kita perlu mengetahui atau memahami lebih dalam tentang pengaruh parameter fisika terhadap pertumbuhan biota budidaya khususnya tentang ikan kerapu bebek.
1.      Pengaruh Kecepatan Arus
Arus adalah gerakan air yang terjadi diseluruh permukaan Laut. Dalam suatu budidaya harus memperhatikan kecepatan arus yaitu dimana kecepatan arus perairan untuk system budidaya keramba jaring apung (KJA) adalah 20 - 50 cm/detik. Kecepatan arus yang kuat dapat merusak posisi kontruksi keramba jaring apung sehingga akan mengaibatkan organisme peliharaan menjadi stress dan menyebabkan napsu makan ikan berkurang.
2.      Pengaruh kedalaman perairan
Kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 meter – 3 meter. Habitat favoritnya adalah perairan dengan dasar pasir berkarang yang ditumbuhi padang lamun (seagrass) Selanjutnya menginjak dewasa akan bergerak ke perairan yang lebih dalam antara 7 meter - 40 meter. Perpindahan ini biasanya berlangsung siang dan sore hari.
Kedalam suatu perairan  berpengaruh dalam suatu budidaya  dalam hal ini budidaya dengan sistem keramba jaring apung. Kedalam yang ideal untuk budidaya keramba jaring apung adalah 7 meter – 15 meter.
3.      Kecerahan perairan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan persen (%), dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kekeruhan dipengaruhi oleh : a). benda – benda halus yang disuspensikan, seperti lumpur dsb, b). adanya jasad – jasad renik (plangkton), dan c). warna air. Kecerahan perairan khususnya untuk biota ikan kerapu bebek minimal 3 meter  – 5 meter.
4.      Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan perumbuhan biota air. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis). Kisaran suhu optimal untuk biota air khususnya ikan kerapu bebek yaitu antara 27 – 32 0C. Pengukuran suhu umumnya dilakukan dengan thermometer. Cara lain adalah dengan mengunakan DO meter, SCT-meter atau aquameter test.
5.      Salinitas
Salinitas adalah kosentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut. Kisaran salinitas  optimal untuk biota air khususnya ikan kerapu bebek adalah 33 – 35 ppt. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan salinitas yaitu konduktivitas, hydrometri, argentometri dan refraktometri. Alat yang umum digunakan yaitu refraktometer karena mudah dibawah dilapangan.
1.3  Permasalahan dalam KJA
Adapun permasalahan yang biasa terjadi dalam suatu budidaya yaitu
1.      Sistrem budidaya ikan kerapu bebek
Sistem budidaya yang dilakukan yaitu budidaya di KJA. Kerapu bebek hidup di wilayah perairan karang yang masih baik maupun yang telah rusak atau agak berlumpur. Ikan ini dapat dipelihara di KJA, di bak, maupun di tambak. Lokasi perairan laut untuk penempatan KJA harus terlindung dari gelombang besar dan tiupan angin kencang, berair jernih, bersih, serta bebas polusi sepanjang tahun. Kedalaman airnya minimal 10 m pada saat air surut.
KJA terdiri atas rangka yang terbuat dari kayu. Kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5 m x 5 m dengan ukuran jaring 2 m x 2 m sehingga pada satu unit rakit akan dapat dipasang 4 unit jaring. Mata jaring disesuaikan dengan besar ukuran ikan yang ditebar. Semakin besar ukuran benih, semakin besar mata jaring yang digunakan. Selain itu, harus disediakan jaring pengganti dengan ukuran mata jaring yang berbeda.
 Pelampung dan jaring yang berbentuk kelambu terbalik diikatkan pada kerangka kayu. Pelampung tersebut dapat berupa plastic foam maupun drum bekas (drum plastik atau drum besi).
2.      Cara pemberian pakan
Kerapu bebek merupakan ikan karnivora dan tanggap terhadap pakan buatan asalkan dilatih terlebih dahulu. Untuk pembesaran jenis ikan kerapu bebek, diperlukan pelet terapung dengan kadar protein 47,5%. Jika berasal dari alam, benih yang ditebar dapat diberi pakan berupa ikan rucah. Sementara itu, pakan buatan (pelet) diberikan jika benihnya berasal dari hatchery. Dewasa ini pakan buatan untuk kerapu telah terdapat di pasar sehingga tidak lagi tergantung pada ketersediaan ikan rucah. Pemberian pakan berkisar 2-10% bobot badan ikan saat ditebar masih berukuran <10>10g.
3.      Langkah – langkah penaganan kekeruhan pada KJA
Adapun langkah – langkah untuk menagani kekeruhan yang terjadi pada Keramba jarring apung (KJA) yaitu sebagai berikut :
1.      Memindahkan KJA ketempat yang tidak keruh
2.      Membersihkan KJA dari sisa-sisa pakan yang diberikan kepada biota budidaya
BAB IV
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dalam mengembangkan suatu biota perairan khususnya ikan kerpu bebek harus memperhatikan parameter kualitas air, kisaran optimal kualitas air biota peliharaan guna untuk keberhasilan bididaya.
2.      Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa perikanan dan semoga makalah ini dapat menjadi acuan kita dalam mengkaji pengetahuan tentang parameter kualitas air untuk biota laut khususnya ikan kerapu bebek.